Rabu, 24 Agustus 2011

Sampai Jumpa

"Memang benar ku pergi dengan restumu untuk ku berlayar ke negri seberang sana, namun ku sengaja tak memberi mu isyarat kapan lagi ku dapat bertatap muka seperti malam terakhir bersamamu sayang, seperti malam terakhir kita berpamitan. Mungkin esok, mungkin kelak, bahkan selamanya, namun tetap ku ingat nama mu dalam hati....."

Rabu, 03 Agustus 2011

Tempat Ku Meraih Ilmu


Terik siang mulai redup, ku sempatkan bersandar di bawah ridangnya pohon kecik di sudut halaman ini. Entah berapa usia pohon ini. Pohon yang mungkin ada sebelum bangunan megah ini berdiri kokoh. Suara bising kendaraan hilir mudik meyentuh gendang telinga ini di kala anak anak sedang asyik bermain bola di tengah halaman ini. Mereka pun tak begitu tahu halaman ini seberapa tua. Bangunan kokoh yang terdiri dari berbagai ruang ini mampu mencetak orang-orang penting. Entah berapa pun aku tak tau pasti. Kini yang ku tahu adalah usia bangunan yang menghadap halaman ini. 62, angka yang dapat menghitung berapa lama bangunan ini berdiri kokoh. Bangunan yang kemudian di susul berbagai bentuk dan ukuran ruang yang berbeda. Bangunan yang dulu hanya bertumpu pada satu dasar, kini kita harus mengangkat dagu untuk dapat melihat atapnya. Sudah hampir 3 tahun ku habiskan waktu pagi menjelang sore di tempat ini. Bukan untuk bersandar di bawah pohon ini, namun ku sandarkan pada bahu kursi dimana ku dapat melihat sosok para pahlawan tanpa tanda jasa memberi ilmu yang dimiliki. Pahlawan yang pantang menyerah untuk dapat memperbanyak ilmu para murid didiknya termasuk aku. Mereka juga yang mencetak orang-orang sukses setelah keluar dari pendidikan 3 tahun di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Selamat hari jadi yang ke 62 sekolahku, semakin jaya di belantika pendidikan di kota pelajar ini….

Senin, 01 Agustus 2011

Lupakan !

Lagi. Semua ketakutan seakan kembali menghantui jalannya pikiran. Memang semua telah terjadi. Ketika sang dinanti telah tiba, seakan harapan kunjung datang. Alangkah senangnya perasaan yang seolah olah impian dan bujukan rayu akan tiba. Sempat berjalan dengan apa adanya , seiring jalannya waktu menjadi ada apanya. Berawal dari sebuah kebohongan memicu nyalanya api. Api panas yang merah membiru seakan membakar semua lembar puith menjadi kelabu. Perasaan yang kini menjadi tertekan oleh karna ketakutan sepihak membuat orang orang yang tak seharusnya ada dalam dialog itu. Semoga dia tetap bertahan dalam kurungan emas itu. Ku akui itu memang salahku, namun dialog dialog yang membuat api itu menyala tidaklah sefakta. Ku bisa mengerti itu kawan, hanya yang ku sesali ketika semua cerita itu mejadi berbeda. Ku tak mau dia mengerti apa arti kekesalan ku ini, dia hanya bunya mawar yang elok nan harum di saat sore hari segar merekah. Biarkan mawar itu layu dengan sendirinya, jika Tuhan mengijinkan aku menyemai bunga itu kembali ku akan berfikir 2 sampai 4 kali. Setelah kekecewaan ini berlangsung ku harap tak ada sedikitpun efek yang mengganjal dalam laju pikiranku ini. Semua akan ku hapus dari memory kenangan terselubung dalam hidup. Ku anggap semua itu hanya angin lalu yang mengguncang atap hati ini. Seandainya waktu dapat ku ulang, ku akan ambil jalanku sendiri tanpa adanya mereka yang ikut campur. Hanya saja aku bukan siapa siapa, ku hanya dapay berdoa pada sang Kahlik untuk menghapus secara perlahan semua cerita tak terungkap kita bersama. Terima kasih telah menggunakan jasa ku dan telah bersedia menjadi tokoh dalam sepenggal cerita dalam hidupku ini. Terima kasih kawan semua canda tawamu...