Jumat, 16 Desember 2011

Masa Pensiun

Sudah sekian lama kita tak jumpa kawan. Ingatan ini sedikit lupa tentang cerita kita di masa lampau. Mungkin kini kita takkan bisa lagi merangkai cerita serupa lagi. Tak lama ku dengar kabar darimu yang buatku tak mengerti kabar apa itu. Semoga apa yang ku dengar tidaklah terjadi. Ku hanya bisa berdoa untuk kebaikan kalian demi masa depan. Kita masih ingin merangkai cerita kita dengan kebersamaan dan tentunya kita harus bercerita tentang perjalanan keluh kesah kita. Dirimu memang bukan diriku yang satu cita namun kita adalah satu yang bisa di bilang satu tujuan yaitu hidup bahagia di masa pensiun nanti. Sembari melihat lembayung senja kita hirup aroma kopi hangat dan merasakan sandaran yang pujaan hati setelah lelah memanjakan kita, kawan. Jangan katakan tidak sebelum kita mencoba.

Sabtu, 12 November 2011

Siapakah Aku Ini Kawan ?


Telah ku dengar semua keluh kesahmu kawan, tak hanya seorang dua orang namun kalian kawan. Baik itu senang maupun susah. Benar atau salah. Bahkan cintamu kau umbar dengan kata kata yang sering membuatku iri dengan apa yang kau dekripsikan secara detail yang masuk dalam gendang telinga ku. Senyummu sering buat ku bahagia walau terkadang pula ku tahu senyum itu tak semurni bensin di iklan iklan kios penjual minyak. Sedih mu pula terkadang buatku teriris namun apakah itu palsu ? aku pun tak tahu pastinya. Ku hanya teman, kawan. Tak lebih. Kini yang ku bisa hanya mencoba membuat kalian tegar kawan, bahkan ku tak tahu caranya menyusun argument dalam kata kata untuk meyakinkanmu untuk langkah selanjutnya. Ceritamu sementara kini akan ku tamping, entah akan ku simpan, kenang, atau untuk udar akupun bingung entah berapa kepayang. Akupun ragu untuk memihin petunjuk dariNya. Bukan berarti aku tak mau. Aku bimbang bagaimana cara ku merangkum keluh kesah kalian kawan. Semoga saja Ia tahu apa yang sebenarnya terjadi, bahkan pasti tahu karna Ia serba tahu. Anugrah apa yang akan mengudar benang merah ini ? Tuhan, mungkin hanya Engkau yang tahu siapa yang benar siapa yang salah. Namun, ku tak mau Kau memberatkan satu titik. Mereka kawanku, mereka semangatku bahkan bias di bilang mereka nyawa kedua ku setelah keluargaku. Mereka pula yang selalu menemaniku saat ku sepi. Harap ku hanya berharap. Tak mungkin ku lari akan semua ini, namun ku coba apa yang bias ku coba. Mungkin cara ku ini benar dan juga salah, ku hanya teman bukan Tuhan yang bias membuat mustahil di mata kita kawan. Dan lagi ku tak mau memihak salah satu kawan, kalian semua adalah satu dalam mataku. Ku sangat yakin Kau masih dengar doa doa mereka Tuhan. Pinta ku, jaga selalu mereka dalam kuasaMu dan naungi mereka kebahagiaan bahkan aku ikhlas jika bahagia mereka harus Kau relakan aku atau pula tidak ikutkan aku dalam cerita mereka. Maaf kawan, tak banyak semoga berarti.

Selasa, 01 November 2011

Berteman Sepi

Malam memang gelap, aluanan nada menemani singgah di bawah lembayung senja yang nak berajak mengganti warna dinding langit. Semilir angin malam merasuk jiwa kesepian dalam getaran rindu. Kemana selama ini kawan, tidakkah kau rindu duduk berdua melewati malam seperti ini. Masih ku ingat lekuk wajahmu saat tawa senyum kita dulu. Ku ingin dengarkan semua keluh kesah celotehan mu kawan. Mungkinkah angin malam ini membawa pesan ini untukmu ? Jika memang kau masih tapakkan langkah, marilah kawan tuntun pijakkan mu ke tempat biasa kita habiskan malam. Rindu langit malam pun terbias malam ini yang ingin menemani kita. Ku tunggu kabar darimu kawan baik itu buruk maupun baik ku berdoa akan ku terima kabar baik darimu kawan.

Minggu, 30 Oktober 2011

Setia Ku untuk Berdiri

Kini hari demi hari akan ku telusuri dengan kesendirian. Sudah ku tekatkan hati ini untuk menutup semua cinta yang datang, demi ketenangan jiwa nan rapuh dikoyak koyak ombak cinta. Namun hingga kini masih sukar bagiku menyusun argumen untuk meyakinkan hati dan nurani ini bahwa kau telah berlabuh di hatinya yang kan membawa berlayar 1001 malam di atas kapal balutan cintanya. Mencoba tersenyum. Mencoba untuk berfikir sejernih air nan asri. Melihat semua kenyataan adalh tuntutan dalam menjalani kehidupan ini. Ku masih sanggup berdiri dalam keramaian semenjak kursi itu telah di huni, mungkin cukup lama namun entah bagaimana selajutnya hanya Engkau yang tahu semua akhir cerita itu. Hanya sedikit kekecewaan dalam hati ini karna sudah cukup lama ku mengenalmu tanpa cinta namun telah ku lalui beberapa cerita bersamamu. Mungkin tak terlalu indah bahkan tidak semanis cerita cinta kalian kelak karna cinta tak ada dalam tema cerita kita dulu, setidaknya ada kenangan ku bersamamu untuk mengisi lamunan mu kala senggang. Bukan berharap ku selalu ada dalam halusinanmu dan terus menerus mengisi pikiranmu, hanya saja ku ingin kau tahu bahwa kita pernah menjalanai cerita berdua dariNya.Tak sempat kita ucap kata berpisah karna ini semua bukan perpisahan, semua ini hanya penggalan cerita bersambung karna suatu keadaan yang sangat amat teramat manis jika kau lewatkan hanya untuk bersama ku.Ku juga tak berharap menjadi penyesalanmu. Sebagai teman. Teman tak lebih dari sahabat. Restu ini menjadi saksi cerita kita yang terpenggal. Semua keputusan yang telah menjadi janji suci akan merajuk kedalam sukma. Selamat jalan kawan ku titipkan pujaanku bersamamu, ku percayakan semua pada kemudimu. Ku akan selalu berdiri di atas mercusuar yang mejaga lampu patokan arah laju kapalmu kawan. Dan lambaian tangan dan senyum ini manis terbuang seraya mengecilnya asap dari pandangan ini. Masih ku ingat pepatah yang sempat tercetus saat bergurau bersama mu, 'senyummu deritaku' namun kini karna kuatnya hati ini perlahan ku ubah "indah senyummu manis tawamu". Kabari aku jika sampai waktumu berlabuh.

Senin, 24 Oktober 2011

Baiknya Engkau

Tuhan, terimakasih atas semua yang telah ku terima samapi saat ini dan juga nasaf yang juga masih ku hirup lalu ku hembuskan lagi. Kini ku tau apa maksud di balik kucuran keringat yang mengir begitu derasnya. Karna rahmat Mu begitu derasnya pula kau hempaskan padaku. Hingga kini sedikit demi sedikit ku dapat membuat mereka tersenyum saat ku duduk bersma mereka. Meski tak lama ini Kau panggil pulang Oma ku, ibu dari ibuku Tuhan. Pasti ada rencana yang lebih indah di balik kesediahan ibuku Tuhan. Ku tak kuasa menahan derasnya laju air mata yang menetes di pipi ibuku tersayang Tuhan, namun ku ikhlas. Semua ku serahkan padaMu baik buruknya hanya Kau yang tahu. Meski begitu ku tetap bersyukur atas semua apa yang telah kurasa semala ini. Terima Kasih Tuhan. ;)

Sabtu, 15 Oktober 2011

Diri Ku Bukan Tuhan

Semua yang sudah terjadi terkadang tak akan terulang lagi 1 detik bahkan 1 2 3 hari kedepan, namun semua memang sudah terjadi. Penyesalan memang menyakitkan kawan. Hanya sabar yang dapat ku bisikan pada hati mu. Tak banyak ku perbuat untuk mu kembali lagi padanya. Berbagai cara akan ku coba demi melihat lagi kau bersama sahabatku setelah kau lalui cerita besama selama satu tahun ini. Percuma jika hanya sampai di sini hanya karna nila setitik.
***
Kini, tanpa ku sadari kau telah kembali bersamanya dan melihat kalian berdua tersenyum bak dua angsa sedang bercengkrama di atas kolam berbinar cahaya sore mentari. Terlihat siluet sedang bercumbu dalam hitamnya malam. Mungkin ini memang jalan hidupku hanya untuk menjadi kulit kacangmu atau mungkin merasakan sebagai Tuhan. Tuhan memang petunjuk semua orang saat tersesat menhadapai jalan cerita tang berliku. Namun, juga akan terlupakan bila terlepas dari belenggu lika liku. Begini kehidupan manusia. Hanya sabar yang ku tamanamkan dalam hati ini !

Rabu, 24 Agustus 2011

Sampai Jumpa

"Memang benar ku pergi dengan restumu untuk ku berlayar ke negri seberang sana, namun ku sengaja tak memberi mu isyarat kapan lagi ku dapat bertatap muka seperti malam terakhir bersamamu sayang, seperti malam terakhir kita berpamitan. Mungkin esok, mungkin kelak, bahkan selamanya, namun tetap ku ingat nama mu dalam hati....."

Rabu, 03 Agustus 2011

Tempat Ku Meraih Ilmu


Terik siang mulai redup, ku sempatkan bersandar di bawah ridangnya pohon kecik di sudut halaman ini. Entah berapa usia pohon ini. Pohon yang mungkin ada sebelum bangunan megah ini berdiri kokoh. Suara bising kendaraan hilir mudik meyentuh gendang telinga ini di kala anak anak sedang asyik bermain bola di tengah halaman ini. Mereka pun tak begitu tahu halaman ini seberapa tua. Bangunan kokoh yang terdiri dari berbagai ruang ini mampu mencetak orang-orang penting. Entah berapa pun aku tak tau pasti. Kini yang ku tahu adalah usia bangunan yang menghadap halaman ini. 62, angka yang dapat menghitung berapa lama bangunan ini berdiri kokoh. Bangunan yang kemudian di susul berbagai bentuk dan ukuran ruang yang berbeda. Bangunan yang dulu hanya bertumpu pada satu dasar, kini kita harus mengangkat dagu untuk dapat melihat atapnya. Sudah hampir 3 tahun ku habiskan waktu pagi menjelang sore di tempat ini. Bukan untuk bersandar di bawah pohon ini, namun ku sandarkan pada bahu kursi dimana ku dapat melihat sosok para pahlawan tanpa tanda jasa memberi ilmu yang dimiliki. Pahlawan yang pantang menyerah untuk dapat memperbanyak ilmu para murid didiknya termasuk aku. Mereka juga yang mencetak orang-orang sukses setelah keluar dari pendidikan 3 tahun di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Selamat hari jadi yang ke 62 sekolahku, semakin jaya di belantika pendidikan di kota pelajar ini….

Senin, 01 Agustus 2011

Lupakan !

Lagi. Semua ketakutan seakan kembali menghantui jalannya pikiran. Memang semua telah terjadi. Ketika sang dinanti telah tiba, seakan harapan kunjung datang. Alangkah senangnya perasaan yang seolah olah impian dan bujukan rayu akan tiba. Sempat berjalan dengan apa adanya , seiring jalannya waktu menjadi ada apanya. Berawal dari sebuah kebohongan memicu nyalanya api. Api panas yang merah membiru seakan membakar semua lembar puith menjadi kelabu. Perasaan yang kini menjadi tertekan oleh karna ketakutan sepihak membuat orang orang yang tak seharusnya ada dalam dialog itu. Semoga dia tetap bertahan dalam kurungan emas itu. Ku akui itu memang salahku, namun dialog dialog yang membuat api itu menyala tidaklah sefakta. Ku bisa mengerti itu kawan, hanya yang ku sesali ketika semua cerita itu mejadi berbeda. Ku tak mau dia mengerti apa arti kekesalan ku ini, dia hanya bunya mawar yang elok nan harum di saat sore hari segar merekah. Biarkan mawar itu layu dengan sendirinya, jika Tuhan mengijinkan aku menyemai bunga itu kembali ku akan berfikir 2 sampai 4 kali. Setelah kekecewaan ini berlangsung ku harap tak ada sedikitpun efek yang mengganjal dalam laju pikiranku ini. Semua akan ku hapus dari memory kenangan terselubung dalam hidup. Ku anggap semua itu hanya angin lalu yang mengguncang atap hati ini. Seandainya waktu dapat ku ulang, ku akan ambil jalanku sendiri tanpa adanya mereka yang ikut campur. Hanya saja aku bukan siapa siapa, ku hanya dapay berdoa pada sang Kahlik untuk menghapus secara perlahan semua cerita tak terungkap kita bersama. Terima kasih telah menggunakan jasa ku dan telah bersedia menjadi tokoh dalam sepenggal cerita dalam hidupku ini. Terima kasih kawan semua canda tawamu...

Senin, 04 Juli 2011

Belum Saatnya

Senyum mu indah laksana bulan sabit yang bercahaya di gelapnya malam itu. Terpaku malu ku melihat eloknya paras wajahmu. Hanya senyum yang bisa ku lempar padamu, tak berharap kau tau itu. Kini semua tinggal impian setelah ku tau semua yang kau miliki telah menjadi apa yang di harapkan dia. Dia yang telah lebih dulu memenangkan cinta tulusnya untuk kau miliki. Ku berharap itu tak lama. Namun hanya takdir Tuhan yang tau semua apa yang akan terjadi nanti,esok dan selanjutnya. Ku hanya bisa memandangmu dari sepi sendiriku di ujung sudut di kota ini. Senyummu luluhkan hatiku saat kau tertawa dan begitu menyakitkan hati ini jika merasakan senangnya menjadi milikmu. Harapku tak pernah berhenti untuk menempatkan namu dalam palung hatiku yang sampai saat ini masih gelap dan ku jadikan kau lentera cahaya dalam kegelapan palung hati ku tersebut. Semoga saja ini tak lama dan Tuhan belum memberikan yang lebih baik dari mu.

Minggu, 19 Juni 2011

Juli - Juni

Kini setahuan sudah kita bersama. Berawal dari sebuah kenaikan kelas kita dapat saling kenal. Memasuki wawasan baru untuk membuka jendela dunia melalui buku buku yang kita baca setahun kedepan. Mulai dari senang susah tawa murung sudah kita nikmati bersama. Ku tau ini masih belum berakhir, namun kenangan kenangan bersama kalian munkin tak akan terulang di tahun depan. Kenangan itu merupakan cerita yang kita ukir bersama. Terima kasih untuk teman kawan sahabat yang menemaniku dalam meraih cita. Tiba saatnya kita menempuh di tingkat selanjutnya. Kita eratkan tali persahabatan demi meraih cita. Semua kita rasakan bersama, sedih canda duka tawa kita lewati bersama. Karna kamu melengkapi kekuranganku dan ku isi kekosonganmu. Seperti halnya segerombolan burung melewati eloknya langit di sore hari. Menembus kumpulan awan berjajar. Meraih angan bukanlah hal yang mudah, namun dengan kebersamaan kita dapat wujudkan semua secara perlahan. Tahun depan kita akan ukir sejarah baru dalam riwayat kita. Akan ada nama kita di selembar kertas bertuliskan 'LULUS' dan tercantum nilai terbaik. Kita ukir senyum di wajah merekan dan tangis haru seraya kita berpelukan. Tercetus saat itu 'kamu adalah teman terbaikku untuk selamanya'. Lambaian masing masing tangan serta senyum kemenangan tanda kita berpisah ruang dan waktu untuk kita raih semua impian.

Sabtu, 21 Mei 2011

Pagi Menjelang, Hanya Kenangan

Mungkin aku telah banyak berjasa
Mengingatkan akan sesuatu hal bagimu
Walau aku hanya sebagai pengingat..
Sebagai tanda dimana saat kau harus bangun
Pengingat saat waktu tiba
Namun kini apa yang kau ingat dari ku
Semenjak ada dia..
Dia yang selalu ada untukmu
Apakah engkau tidak menyadari keberadaanku selama ini
Hampir setiap saat kau memandangiku penuh harapan
Kadang pula dengan kebimbangan
Tak pernah ku mengeluh
Ku sembunyikan lesu demi melihat engaku senang
Mungkin ini memang jalan hidup
Menerima yang ada
Hanya itu yang bisa ku lakukan untukmu
Sejujurnya ku hanya ingin mendengar ucapan terima kasihmu
Namun ku rasa itu mimpi
Senang dapat membantu semua yang kau tak bisa
Karna hadirku hanya untuk melengkapi kekuranganmu.

Senin, 16 Mei 2011

Ibu

hanya sepi kini berteman, hilang sudah semua berlalu. Mulai kagi menapaki jalan kehidupan sendiri. MEerindu akan kasih sayang mungkin takkan terlampiaskan. Hanya dapat memandangi foto berbingkai bergambarkan wajah nan ayu. Kini masih belum dapat ku mengerti arti hidup ini tan hadirnya sosokmu. Sosok yang selalu memberi senyum saat ku duka. Sosok yang hadir dalam sepinya hidupku. Semua yang beri dan ku rasakan pasti salalu ku ingat dalam setiap hariku. Tak pernah kau jemu mengingatkan ku. Perlu kau ketahui, bahwa aku disini sangat merindukan dirimu utnuk temani ku dalam setiap langkahku, Sulistyo Heryani. Dan ku tak akan pernah menyesal untuk memanggilmu Ibu sampai aku tiada nanti !

Minggu, 08 Mei 2011

Rindu Kampung

Sang raja telah lama meninggalkan peradapan
Tetes air hujan iringi kepergiannya
Hanya gemericik tertinggal saja
Suara jangkrik berirama warnai gelapnya malam
Cahaya lampu bergantung pada sebilah bambu di ujung jalan
Hilir mudik langkah kaki tak terlihat lagi
Dingin angin menyentuh permukaan kulit tak berbalut kain
Ku mulai merindu kampung halaman.

Selasa, 26 April 2011

Penantian Ku


Disini ku menunggu
Disini ku menanti
Seorang Puan hati yang ku nanti
Mengisi dinginnya hati yang kesepian
Mewarnai hati yang kelam ini
Tak terhitung kata ku dalam doa
Demi terkabulkan anganku
Tak henti ku memohon di sela doa ku
Tuhan, kini ku masih menanti anugrah terindah dari Mu
Yang masih kau simpan
Mungkin kelak itu yang terbaik dari semua ciptaan Mu. Hanya untuk ku